Detail Cantuman

No image available for this title

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS PARU PADA Tn. C DI RUANG KENANGA RSUD KRATON PEKALONGAN

XML

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobakterium Tuberculosis. Pada tahun 1995,diperkirakan ada 9 juta pasien Tuberculosis baru dan 3 juta kematian akibat Tuberculosis di seluruh dunia.Diperkirakan 95% kasus Tuberculosis dan 98% kematian akibat Tuberculosis di dunia terjadi pada negara-negara berkembang. Sekitar 75% Tuberculosis adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis


Informasi Detail

Pernyataan Tanggungjawab
Asli Nur Hawati
Pengarang
NUR HAWATI - Pengarang Utama
NIM
3. Patofisiologi Penularan Tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan napas atau paru-paru, partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel-sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah imunoresponsifnya. Type imunitas seperti ini biasanya lokal, difagosit oleh makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hypersensitifitas (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cenderung tertahan di hidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada di ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atas paru-paru atau di bagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfanuklear tampak di daerah tersebut dan hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan berjalan terus dan bakteri akan terus difrogsit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari. Nekrosis pada sentral menimbulkan gambaran seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epitelois dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru dinamakan fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi di daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi ke bagian paru lain atau terbawa ke bagian laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronskus sehingga menjadi peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada organ lain. Jenis penyebab ini disebut limfohematogen yang biasanya tumbuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan Tuberkulosis Milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk ke dalam sistem vesikuler dan tersebar ke organ-organ lainnya (Soeparman, 1994; Price, 1995; hal. 754). 4.
Bahasa
Indonesia
Deskripsi Fisik
-
Dilihat sebanyak
1505
Penerbit POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG : .,
Edisi
KTI
Subjek
Klasifikasi
NONE

Lampiran Berkas

Citation
NUR HAWATI. (2011).ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS PARU PADA Tn. C DI RUANG KENANGA RSUD KRATON PEKALONGAN(KTI).:POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG

NUR HAWATI.ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS PARU PADA Tn. C DI RUANG KENANGA RSUD KRATON PEKALONGAN(KTI).:POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG,2011.

NUR HAWATI.ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS PARU PADA Tn. C DI RUANG KENANGA RSUD KRATON PEKALONGAN(KTI).:POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG,2011.

NUR HAWATI.ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS PARU PADA Tn. C DI RUANG KENANGA RSUD KRATON PEKALONGAN(KTI).:POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG,2011.



Dirujuk oleh 0 dokumen