Tugas Akhir DIII
PENGELOLAAN KEPERAWATAN KURANG PENGETAHUAN TENTANG NUTRISI IBU MENYUSUI PADA NY. I DENGAN POST PARTUM SPONTAN PRIMIPARA DI BANGSAL ANGGREK RST dr. SOEDJONO MAGELANG
XMLKondisi fisik ibu menyusui tidak berbeda jauh dengan wanita yang tidak hamil, seringkali perhatian kepada ibu menyusui sangat kurang. Kalaupun ada, perhatian justru ditujukan kepada bayi yang baru lahir. Padahal sebenarnya beban ibu menyusui justru lebih berat daripada wanita tak hamil ataupun ibu hamil, antara lain karena ibu menyusui memproduksi ASI setiap hari. Selain itu juga jika ibu masih harus bekerja, merawat bayi, keluarga dan dirinya sendiri, yang seringkali tidak diimbangi dengan asupan makanan yang adekuat. Bidan / perawat mempunyai peranan penting dalam memberikan bimbingan dan pengetahuan melalui penyuluhan kesehatan tentang nutrisi bagi ibu menyusui atau pasca persalinan (Maryunani, 2009).
Irawati (2009) menyatakan hasil penelitiannya, dimana presentasi ibu menyusui dengan resiko kurang energi kronis sebanyak 34,6%. Dengan jumlah ibu menyusui bayi umur 0 – 5 bulan 15,9% dan ibu menyusui bayi umur 6 – 23 bulan sebesar 18,7%. Hal ini menunjukkan bahwa ibu menyusui dengan resiko kurang energi kronis disebabkan oleh antara lain, menyusui bayi usia 6 – 23 bulan, aktivitas ibu, dan kurangnya konsumsi makanan bergizi pada ibu menyusui.
Fikawati (2009) melakukan penelitian pada ibu menyusui vegetarian dan non vegetarian. Hasilnya, konsumsi gizi ibu vegetarian sebesar 1.850 kkal dan ibu non vegetarian 2.100 kkal. Sesuai anjuran WHO, kecukupan gizi ibu menyusui adalah 2.500 kkal.
Marlina (2012) melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang gizi ibu nifas di RB Puskesmas Karanganyar, Solo. Dari 37 orang ibu nifas, 25 diantaranya masih pantang terhadap jenis makan tertentu seperti telur, daging, dan ikan. Padahal makanan tersebut sangat dibutuhkan tubuh dalam proses pengeringan luka jika terdapat laserasi pada saat persalinan, dan sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang gizi ibu nifas. Hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang gizi ibu nifas termasuk pada kategori kurang dan cukup masing-masing sebanyak 16 responden (40,0%).
WHO (2012) mengatakan prevalensi anemia gizi besi pada ibu menyusui secara menyeluruh belum diketahui tetapi diduga hampir sama dengan prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil, dengan asumsi ibu hamil akan menjadi ibu menyusui dan tidak adanya programpemberian tablet besi pada ibu menyusui seperti pada ibu hamil. Satoto ( 2011) menyatakan prevalensi defisiensi zink pada ibu hamil dan bayi tinggi yaitu 30-90%.Dijkhuizen (2011) menemukan prevalensi anemia pada ibu menyusui 52%. Anemia yang terjadi pada ibu menyusui akan berdampak terhadap kemampuan untuk memproduksi ASI yang cukup, dimana
cadangan atau jaringan ibu akan dipakai untuk memproduksi ASI. Sehingga ibu sangat beresiko terhadap terjadinya gizi kurang dan anemia yang lebih berat.
Selain itu anemia gizi besi yang disebabkan defisiensi besi di Indonesia masih tinggi yaitu 61,3% pada anak
Informasi Detail
Pernyataan Tanggungjawab |
Wiwin Renny R, S.ST, S.PD., M.Kes.,
|
---|---|
Pengarang |
APRIYANI IKA SUSILANINGSIH - Pengarang Utama
|
NIM |
P. 17420511003
|
Bahasa |
Indonesia
|
Deskripsi Fisik |
Cover merah hati, 19x27 cm.
|
Dilihat sebanyak |
531
|
Penerbit | Prodi D3 Keperawatan Magelang : Magelang., 2014 |
---|---|
Edisi | |
Subjek | |
Klasifikasi |
Lk-19400
|