Detail Cantuman

No image available for this title

Tugas Akhir DIII

ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DIABETES MELLITUS PADA TN. D DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG

XML

Diabetes adalah salah satu penyakit kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, resistensi insulin, atau keduanya. Diabetes Mellitus berkembang menjadi suatu penyebab utama kesakitan dan kematian di Negara Indonesia terbukti dengan meningkatnya prevalensi dan insidensi penyakit ini dari tahun ke tahun yaitu sebanyak 1,1 % pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 2,1% pada tahun 2013 (RISKESDAS,2013).
Prevalensi Diabetes Mellitus tergantung insulin (DM Tipe 1) di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,06% dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 1,6 %. Sedangkan prevalensi kasus Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin pada tahun 2012 adalah 0,63% dan mengalami peningkatan menjadi 1,9 % pada tahun 2013 (RISKESDAS, 2013 dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012).
Di Kabupaten Temanggung, prevalensi Diabetes Mellitus tergantung insulin (DM Tipe 1) pada tahun 2012 sebanyak 463 kasus, sedangkan prevalensi penderita Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DM Tipe 2) sebanyak 4380 kasus (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,2012, p. 255).
Hasdianah (2012) menyatakan berbagai komplikasi Diabetes Mellitus yang muncul apabila penyakit ini tidak segera ditangani dapat berupa gangguan mata (retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh darah (vaskulopati) dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak. Salah satu perubahan patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya luka. Luka dapat berkembang menjadi ulkus gangren mengingat bahwa luka diabetik mudah berkembang menjadi infeksi akibat masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis untuk pertumbuhan kuman. Pada gangren, kulit dan jaringan disekitar luka akan berwarna kehitaman dan menimbulkan bau. Adanya ulkus gangren dapat menimbulkan kecacatan bahkan berujung pada amputasi untuk mencegah gangren meluas ke jaringan yang sehat (Situmorang, 2009 dalam Faisol, 2012).
Menurut Hastuti (2008) menyatakan beberapa penelitian melaporkan bahwa prevalensi penderita ulkus diabetik di Indonesia sekitar 15 %, angka kematian ulkus gangren pada penyandang Diabetes Mellitus berkisar antara 17-32%, sedangkan laju amputasi berkisar antara 15-30%. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang luka diabetes khususnya diakibatkan oleh gangren.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung pada tahun 2014, didapatkan data bahwa pasien diabetes mellitus yang mengalami komplikasi ulkus Diabetes Mellitus sebanyak 33
kasus dari 333 kasus yang mengalami Diabetes Mellitus. Sedangkan pasien ulkus Diabetes Mellitus yang dilakukan amputasi sebanyak 33 kasus.
Perawatan luka pada ulkus Diabetes Mellitus secara tepat dapat mencegah terjadinya infeksi dan meningkatkan penyembuhan luka sehingga tidak dilakukan tindakan amputasi, karena tindakan amputasi bukan merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi ulkus Diabetes Mellitus (Morison, 2004, p. 155). Penanganan luka gangren diabetes dapat dilakukan dengan terapi non farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan luka Diabetes Mellitus. Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa kandungan fiskal dan kimiawi dalam madu, seperti kadar keasaman dan pengaruh osmotik, berperan besar membunuh kuman-kuman. Madu memiliki sifat anti bakteri yang membantu mengatasi infeksi pada luka dan anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit (Faisol,2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faisol (2012) dengan judul “ Perbedaan Aktivitas Perawatan Luka Menggunakan Madu dan Sofratulle Terhadap Proses Penyembuhan Luka Diabetik Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji” dengan jumlah sample sebanyak 10 pasien yang mengalami luka diabetik derajat I,II,III yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 5 pasien sebagai kelompok eksperimen perawatan
luka menggunakan madu dan 5 pasien lainnya sebagai kelompok eksperimen perawatan luka mengunakan sofratulle, membuktikan bahwa luka diabetik yang dirawat menggunakan madu tampak lebih membaik dan dalam waktu 15 hari luka mengalami proses penyembuhan yang lebih cepat daripada menggunakan sofratulle, hal ini disebabkan karena madu tidak hanya sebagai antibakteri tetapi juga sebagai antiinflamasi, menstimulasi dan mempercepat penyembuhan luka. Selain itu, luka yang dirawat menggunakan madu selama 15 hari, pasien sudah tidak memiliki jaringan nekrotik dan tidak menghasilkan eksudat.


Informasi Detail

Pernyataan Tanggungjawab
Sunarmi,SST.M.Kes.
Pengarang
Defi Rahmawati - Pengarang Utama
NIM
P17420512008
Bahasa
Indonesia
Deskripsi Fisik
Cover warna merah hati, 21x31 cm
Dilihat sebanyak
1341
Penerbit Prodi D3 Keperawatan Magelang : Magelang.,
Edisi
Subjek
Klasifikasi
LK968

Lampiran Berkas

Citation
Defi Rahmawati. (2015).ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DIABETES MELLITUS PADA TN. D DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG().Magelang:Prodi D3 Keperawatan Magelang

Defi Rahmawati.ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DIABETES MELLITUS PADA TN. D DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG().Magelang:Prodi D3 Keperawatan Magelang,2015.Tugas Akhir DIII

Defi Rahmawati.ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DIABETES MELLITUS PADA TN. D DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG().Magelang:Prodi D3 Keperawatan Magelang,2015.Tugas Akhir DIII

Defi Rahmawati.ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS DIABETES MELLITUS PADA TN. D DI RSUD KABUPATEN TEMANGGUNG().Magelang:Prodi D3 Keperawatan Magelang,2015.Tugas Akhir DIII



Dirujuk oleh 0 dokumen