Infeksi parasit cacing masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, dengan prevalensi berkisar antara 2,5% hingga 65%. Iklim tropis negara merupakan faktor penyebab tingginya prevalensi infeksi Ascaris lumbricoides sekitar 60% - 90%. Diagnosis infeksi cacing dapat dilakukan dengan menggunakan eosin 2% sebagai pewarna, namun pewarna sintetis ini dapat menimbulkan dampak berbahaya. Oleh karena itu, pewarna alami seperti yang terdapat pada kulit manggis dapat dijadikan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dapat digunakan sebagai pengganti eosin dalam pemeriksaan telur cacing Ascaris lumbricoides.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2023 - Januari 2024 dan bertempat di Laboratorium Parasitologi Kampus III Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian dekstriptif dengan sampel sebanyak 15 preparat berdasarkan perhitungan rumus Gomez And Gomez dengan variasi konsentrasi ekstrak kulit manggis 50%, 65% dan 80% sebagai pewarna alternatif pada pewarnaan telur cacing Ascaris lumbricoides dengan kontrol eosin 2% serta menggunakan teknik probability sampling.
Hasil penelitian pewarnaan telur cacing Ascaris lumbricoides dengan ekstrak kulit manggis konsentrasi 50% dinilai kurang baik, konsentrasi 65% dan 80% dinilai baik.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) konsentrasi 65% dan 80% dapat digunakan sebagai pengganti eosin dalam pemeriksaan telur cacing Ascaris lumbricoides.
Source: Abstract