Tugas Akhir DIII
Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada An. A dengan Bronkiolitis Akut di Ruang Flamboyan RSUD dr.R Soetijono Blora
- Bagikan:
Bronkiolitis adalah penyakit infeksi akut pada alat pernapasan terutama pada bayi umur 2-24 bulan, menimbulkan obstruksi saluran nafas kecil, disertai oleh gejala batuk, wheezing, krepitasi, dan dapat mengakibatkan apneu. Infeksi ini ditandai dengan obstruksi saluran bronkiolitis karena terjadi oedem dan mucus berlebih (widagdo, 2011).
Bronkiolitis merupakan penyakit yang mengganggu sistem respirasi, sehingga suplai oksigen dalam tubuh tidak adekuat. Infeksi ini ditandai oleh obstruksi saluran bronkhioli oleh karena oedem dan mucus. Hal ini dapat menimbulkan gangguan pernapasan (widagdo, 2011).
Insiden terjadinya bronkiolitis banyak terjadi di Indonesia. Salah satu dari 9 provinsi di Indonesia yang mengalami peningkatan angka kematian anak akibat bronkiolitis adalah provinsi Jawa Tengah. Tercatat 31 dari 100 anak meninggal akibat bronkiolitis, hal ini menunjukkan bahwa bronkiolitis merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian terhadap anak (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data medikal RSUD dr.R Soetijono Blora kasus Bronkiolitis pada tahun 2015 terdapat 63 kasus. Sedangkan pada tahun 2016 terdapat 66 kasus pada bulan Januari sampai Oktober.
Proses terjadinya bersihan jalan nafas di awali dengan obstruksi jalan nafas. Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi. Statis sekresi batuk yang tidak efektif karena penyakit persyarafan. Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama udara akan mudah menempel di dinding saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga ada udara yang menjebak di bagian distal saluran nafas, maka individu akan berusaha lebih keras untuk mengeluarkan udara tersebut. Itulah sehingga pada fase ekspirasi yang panjang akan muncul bunyi-bunyi yang abnormal seperti mengi, dan ronchi (Carpenito, 2007).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas tanda-tanda atau symptom awalnya seperti infeksi, infeksi ini mirip dengan pilek, demam ringan, mudah sakit dan tidak nafsu makan. Setelah beberapa hari, penderita mengidap batuk kering disertai suara serak dan kesulitan bernapas yang semakin meningkat. Napas akan terdengar berbunyi mendecit dan sulit bernapas, sering menarik napas pendek sehingga dinding dada dan tulang rusuk terlihat (Potter dan perry, 2006).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan suatu keadaan ketika seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Carpenito, 2007).
Penanganan sendiri dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan pemberian oksigen untuk menurunkan nafas yang cepat, dengan melakukan fisioterapi untuk mempermudah pengeluaran sekret (Muttaqin, 2008).
Informasi Detail
| Pernyataan Tanggungjawab |
Suharto, S.Pd, MN
|
|---|---|
| Pengarang |
Ika Fitriana - Pengarang Utama
|
| NIM |
P1337420414028
|
| Bahasa |
Indonesia
|
| Deskripsi Fisik |
XI + 37 HLM.; Bibl.; Ilus.; 29 cm.
|
| Dilihat sebanyak |
714
|
| Penerbit | Prodi DIII Keperawatan Blora POLTEKKES KEMENKES SEMARANG : Blora., 2017 |
|---|---|
| Edisi | |
| Subjek | |
| Klasifikasi |